Halo, Alan Lovers! Ketika seseorang ingin beli produk secara online, apa hal pertama yang mereka cari? Selain ke harga atau fitur, bagian testimoni juga dilihat. Apakah produk ini benar-benar bagus? Apakah ada orang lain yang sudah pakai dan puas? Inilah kekuatan dari social proof, strategi pemasaran yang mengandalkan bukti dari pengguna lain untuk membangun kepercayaan. Tapi sekarang, testimoni dalam bentuk kutipan pendek aja sudah mulai terasa basi. Audiens nggak cuma butuh kata “mantap!” atau “pengiriman cepat!” Mereka pengen lebih. Mereka pengen tahu cerita di balik pengalaman itu.
Nah, di sinilah pentingnya mengembangkan social proof menjadi lebih dari sekadar testimoni. Yuk, kita bahas bagaimana caranya bikin social proof yang lebih kuat dan lebih berdampak.

1. Cerita Real Lebih Menyentuh daripada Klaim Hebat
Alih-alih hanya menampilkan kata-kata singkat dari pelanggan, coba minta mereka bercerita. Misalnya, bagaimana mereka menemukan brand kamu? Masalah apa yang mereka hadapi sebelumnya? Dan gimana produk kamu bantu menyelesaikan itu?
Contohnya, daripada testimoni āsepatu ini nyaman banget!ā, akan lebih kuat jika bilang, āAku dulu sering sakit tumit gara-gara sepatu kerja. Tapi setelah pakai brand ini selama seminggu, aku bisa berdiri seharian tanpa pegal.ā
Cerita seperti ini lebih meyakinkan karena orang bisa relate dan membayangkan situasi nyatanya.
2. Format yang Menyesuaikan Platform
Social proof sekarang bisa muncul di mana saja, Instagram Story, video TikTok, sampai thread Twitter. Gunakan format yang cocok buat platform masing-masing. Misalnya, di TikTok, kamu bisa bikin video singkat pelanggan yang unboxing dan cerita pengalaman pakai produk kamu. Di Instagram, kamu bisa repost story pelanggan yang pakai produk kamu sambil tambahkan caption ceritanya. Social proof bukan lagi soal satu paragraf testimoni, tapi tentang menyebarkan cerita dari pengguna ke audiens yang lebih luas.
3. UGC (User Generated Content) adalah Bukti Sosial Paling Kuat
Konten yang dibuat langsung oleh pelanggan punya nilai lebih tinggi di mata audiens. Mereka tahu itu bukan iklan, bukan endorse, tapi pengalaman nyata. Minta pelanggan buat video, review, atau foto dengan cerita singkat. Kamu bisa kumpulkan, kurasi, dan tampilkan di website atau media sosial kamu. Semakin banyak orang melihat bahwa produk kamu dipakai orang asli dalam kehidupan nyata, semakin kuat pengaruhnya.
4. Libatkan Emosi dalam Cerita
Cerita yang bagus itu menyentuh, bukan hanya menjual. Jangan takut menunjukkan sisi emosional dari produk kamu baik itu cerita perjuangan, harapan, atau perubahan. Misalnya nih āAku kasih hadiah ini ke ibu yang baru sembuh dari sakit, dan dia langsung senyum senang pas buka kotaknya.ā Cerita kayak gini jauh lebih berkesan dibanding angka diskon atau promo besar-besaran.
Strategi social proof nggak bisa lagi sekadar tempel testimoni biar kelihatan ramai. Kamu harus bikin audiens merasa ikut dalam cerita pengguna kamu sebelumnya. Bangun hubungan, tampilkan sisi manusiawi, dan biarkan pelanggan jadi bagian dari narasi brand kamu. Karena pada akhirnya, orang beli bukan hanya karena produk kamu bagus, tapi karena mereka percaya sama cerita yang menyertainya.
Nah, sekarang kamu paham kan mengapa social proof itu penting? Yap, bisa banget jadi bukti sosial terhadap kualitas produk kamu, apalagi kalau yang review nya pelanggan, pembeli baru kemungkinan akan trust dengan testimoni tersebut.
Buat kamu yang lagi mencari pembuatan konten dengan kualitas yang nggak kaleng-kaleng, coba tengok Alan Creative sekarang juga! Di sana terdapat layanan yang bisa banget bikin bisnis kamu berkembang, dimulai dari layanan pembuatan konten, desain visual, hingga strategi marketingnya. Tunggu apalagi? Yuk, segera hubungi Alan Creative sekarang juga!
Baca juga: Apa Itu Strategi Marketing Psikologis? Emang Ada?!