Halo, Alan Lovers! Gak kerasa sebentar lagi kita akan merayakan hari raya lebaran. Selain ketupat, ikon ikonik lain yang sering hadir adalah lagu selamat hari lebaran atau idul fitri. Biasanya di mall atau tempat belanja, sambil nyari pakaian dengan diskon lebaran, sering terdengar lagu tersebut.
Lagu tersebut dinyanyikan oleh penyanyi kondang asal Indonesia, yaitu Gita Gutawa. Yuk kita coba dengerin lagi lagunya untuk refresh pikiran.
Lirik Lagu:
Setelah berpuasa satu bulan lamanya
Berzakat fitrah menurut perintah agama
Kini kita ber-Idul Fitri, berbahagia
Mari kita berlebaran, bersuka gembira
Berjabatan tangan sambil bermaaf-maafan
Hilang dendam, habis marah di hari Lebaran
من العائدين والفائزين
Maafkan lahir dan batin
Selamat, para pemimpin
Rakyatnya makmur terjamin
Dari segala penjuru mengalir ke kota
Rakyat desa berpakaian baru serba indah
Setahun sekali ke kota naik bis kerek
Hilir mudik, jalan kaki, pincang sampai sore
Akibatnya tenteng selop, sepatu, teropeh
Kakinya pada lecet, babak belur berabe
من العائدين والفائزين
Maafkan lahir dan batin
Selamat, para pemimpin
Rakyatnya makmur terjamin
من العائدين والفائزين
Maafkan lahir dan batin
Selamat para pemimpin
Rakyatnya makmur terjamin
Ha, ah-ha-ha-ha, ah-ha-ha-ha, ah-ha-ha-ha
Ha, ah-ha-ha-ha, ah-ha-ha-ha, ah-ha-ha-ha
من العائدين والفائزين
Maafkan lahir dan batin
Selamat, para pemimpin
Rakyatnya makmur terjamin
من العائدين والفائزين
Maafkan lahir dan batin
Selamat, para pemimpin
Rakyatnya makmur terjamin
(من العائدين والفائزين)
(Maafkan lahir dan batin)
Selamat, para pemimpin
Rakyatnya makmur terjamin
Ha, ah-ha-ha-ha, ah-ha-ha-ha, ah-ha-ha-ha
Ha-ah-ah
Lirik yang Hilang
Lagu selamat hari lebaran sebenarnya diciptakan oleh Ismail Marzuki pada tahun 1950-an. Pertama kali direkam pada tahun 1954 yang dinyanyikan oleh Didi dengan pengiring dari grup musik Lima Seirama.
Lirik yang hilang tersebut adalah sebagai berikut:
Maafkan lahir dan batin,
‘lang tahun hidup prihatin
Cari wang jangan bingungin,
‘lan Syawal kita ngawinin
Cara orang kota berlebaran lain lagi
Kesempatan ini dipakai buat berjudi
Sehari semalam main ceki mabuk brandi
Pulang sempoyongan kalah main pukul istri
Akibatnya sang ketupat melayang ke mate
Si penjudi mateng biru dirangsang si istri
Maafkan lahir dan batin,
‘lang taon hidup prihatin
Kondangan boleh kurangin,
Korupsi jangan kerjain
Kenyataan di Baliknya
Lagu yang diciptakan oleh Ismail Marzuki tersebut mengandung unsur kritik sosial yang disampaikan dengan cara yang cukup jenaka.
Pada saat lebaran, banyak orang desa yang berpakaian serba baru datang ke kota. Orang-orang desa tersebut banyak menghabiskan waktu untuk berjalan-jalan di sekitaran kota. Bahkan dikatakan dalam lagu tersebut hingga pincang.
Selain “mengolok” orang desa, Ismail Marzuki pun menyindir bagaimana orang kota merayakan lebaran. Yaitu dengan berjudi dan mabuk. Gambaran itu telak menampar kaum urban pada masa itu yang lekat dengan kekerasan dalam rumah tangga.
Penggambaran ini tidak jauh berbeda dengan kondisi Indonesia pasca-kemerdekaan. Jika benar lagu ini dibikin oleh Ismail pada awal tahun 50an, pada masa itu kondisi politik Indonesia sedang tidak stabil. Republik Indonesia Serikat yang dirikan pada 1949 secara resmi berakhir pada 17 Agustus 1950.
Ingin mendapatkan artikel lainnya Ramadhan? Ikuti terus Alan Creative. Lalu, jika kalian tertarik untuk mengembangkan aplikasi tapi bingung gimana caranya? Jangan khawatir, Alan Creative hadir untuk membantu menyelesaikan masalah kalian. Kami menyediakan layanan pembuatan web maupun mobile apps dengan profesional. Tunggu apalagi? Hubungi kami sekarang juga untuk mendapatkan penawaran terbaik!