Halo, Alan Lovers! Berpuasa selama bulan Ramadan adalah kewajiban agama bagi umat Muslim. Persyaratan yang harus dipenuhi adalah memulai berpuasa setiap hari sebelum memasuki waktu subuh; fajr. Kemudian mengakhirinya ketika memasuki waktu maghrib; terbenamnya matahari.
Namun, menariknya di Kutub Utara ada sebuah fenomena yang bernama Midnight Sun dan Polar Nights. Apa maksudnya?
Dalam artikel ini, kami akan membahas lebih jauh mengenai fenomena tersebut dan hubungannya dengan puasa Ramadhan.
Sekilas Mengenai Kutub Utara
Kutub Utara adalah titik paling utara dari bola bumi, merupakan satu-satunya titik yang dilalui oleh garis khayal 90 derajat Lintang Utara.
Kutub Utara juga meliputi Greenland, Kepulauan Svalbard milik Norwegia, negara Islandia, dan juga pulau Novaya Zemlya yang merupakan bagian dari Rusia.
Fenomena Midnight Sun
Fenomena alam yang unik disebut midnight sun memungkinkan matahari terlihat bahkan di tengah malam. Midnight sun terjadi di dekat Lingkar Arktik (Kutub Utara) dan Antartika (Kutub Selatan) pada saat titik balik matahari musim panas dan musim dingin.
Di lingkar Arktik, fenomena ini dapat diamati di beberapa negara seperti Norwegia, Finlandia, Islandia, Swedia, dan Kanada. Sedangkan di lingkar Antartika, midnight sun hanya dapat terlihat di wilayah Antartika yang tidak dihuni kecuali oleh sejumlah kecil peneliti.
Di daerah yang dekat dengan kutub, matahari tidak terbenam selama setengah tahun pada musim panas dan terbenam selama setengah tahun pada musim dingin.
Fenomena Polar Nights
Polar night adalah kondisi di mana tidak ada sinar matahari yang terlihat sepanjang waktu, yang merupakan kebalikan dari fenomena midnight sun.
Fenomena ini hanya terjadi di lingkaran kutub karena wilayah di luar lingkaran masih menerima sinar matahari karena atmosfer menyebar cahaya ke langit. Penyebaran cahaya tersebut juga membatasi area yang terpengaruh polar night.
Meskipun jumlah hari di mana matahari tidak terlihat selama sekitar 179 hari, tidak semuanya terkena dampak polar night karena adanya penyebaran cahaya tersebut.
Puasa Ramadhan di Kutub Utara
Umat Muslim di seluruh dunia mulai berpuasa dari pagi hingga malam hari dalam perayaan Ramadan. Namun, bagaimana jika di suatu tempat matahari tidak pernah tenggelam karena negara tersebut terlalu jauh di utara?
Masalah ini relatif baru dan muncul dalam dua tahun terakhir karena Ramadan berputar setiap tahun. Terakhir kali, Ramadhan jatuh di pertengahan musim panas hampir tiga dekade yang lalu ketika sedikit komunitas Muslim bisa ditemukan di atas Lingkar Arktik.
Namun, dengan semakin banyaknya imigran Muslim dari Somalia, Irak, dan Pakistan yang pindah ke negara-negara seperti Swedia, Norwegia, dan Finlandia, dilema etis yang dihadapi oleh mereka akibat hari yang terus-menerus terang di musim panas telah menjadi sangat nyata.
Melihat Komunitas Muslim di Skandinavia, Tepatnya Norwegia
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita dapat melihat warga Muslim di Tromsø. Sebuah kota di Norwegia yang terletak di wilayah paling utara sekitar 350 km dari Lingkar Arktik.
Antara akhir Mei dan akhir Juli, kota tersebut yang dikelilingi oleh pegunungan bersalju dan fjord yang dramatis, mengalami fenomena “midnight sun“.
Pada tahun 1986, ketika Ramadan dan midnight sun saling bertepatan, kota Tromsø hampir tidak memiliki populasi Muslim. Pendirian pusat pengungsi pada tahun yang sama mendorong kedatangan orang-orang Muslim pertama, terutama dari Iran.
Saat ini, populasi Muslim Tromsø jumlahnya sekitar 1.000 dan sebagian besar terdiri dari pengungsi dari Somalia, tetapi juga termasuk imigran dari tempat lain di dunia dan beberapa orang yang memeluk Islam secara lokal.
Sebagaimana dijelaskan oleh Hassan Ahmed, seorang penduduk Muslim yang berasal dari Somalia dan bekerja di Islamic Center of Northern Norway, “Matahari tidak terbenam. Selama 24 jam, matahari berada di tengah langit.”
Menciptakan Solusi Alternatif
Dihadapkan dengan ketidakmungkinan mematuhi aturan matahari terbit / terbenam, Muslim Tromsø harus mencari cara alternatif untuk menentukan waktu berpuasa. “Kami memiliki fatwa,” atau dekret keagamaan, kata Ahmed. “Kami dapat menyamakan waktu puasa dengan negara Islam terdekat, atau kami dapat berpuasa dengan Mekkah.”
Sandra Maryam Moe, seorang konvertit Norwegia ke Islam dan manajer pusat komunitas dan masjid Tromsø, Alnor, mengulangi pernyataan Ahmed: “karena kita memiliki midnight sun selama Ramadan tahun ini, kita memilih untuk menggunakan jadwal waktu Mekkah.”
Jika matahari terbit di Mekkah pukul 5 pagi, warga Tromsø akan mulai berpuasa pada pukul 5 pagi (waktu Norwegia). Selain menjadi pilihan simbolis yang baik, menaati jadwal waktu Mekkah, menurut Moe, juga memberikan manfaat praktis: “mereka memiliki waktu terbit dan terbenam matahari yang sangat stabil sehingga membuat waktu sholat dan puasa menjadi cukup seimbang.”
Kesimpulan
Fenomena alam yang dialami oleh masyarakat sekitar wilayan Lingkat Artik mengharuskan mereka beradaptasi dalam menjalani puasa. Khususnya bagi umat muslim. Sebagai seseorang yang tinggal di wilayah tropis sudah seharusnya kita bisa lebih bersykur lagi. Pembagian siang-malam yang seimbang, cuaca dan iklim yang hangat, menjadi nikmat yang harus bisa kita syukuri. Semoga kita bisa menjalani puasa Ramadhan dengan lebih baik lagi kedepannya.
Kalian tertarik untuk mendapatkan informasi terkait Ramadhan lainnya? Ikuti terus Alan Creative. Lalu, jika kalian ingin mengembangkan aplikasi tapi bingung gimana caranya? Jangan khawatir, Alan Creative hadir untuk membantu menyelesaikan masalah kalian. Kami menyediakan layanan pembuatan web maupun mobile apps dengan profesional. Tunggu apalagi? Hubungi kami sekarang juga untuk mendapatkan penawaran terbaik!