fbpx
#00ACEE

Software Development Methodology: Kenali Definisi dan Jenisnya

Halo, Alan Lovers! Dalam mengembangkan sebuah software, dikenal istilah yang disebut dengan software development metodhology.

Saat kita melakukan sesuatu, ada metode yang dibutuhkan dan digunakan. Metode berfungsi sebagai pedoman cara atau langkah yang harus dilakukan.

Untuk lebih jelasnya, mari kita kenali definisi dan jenis software development methodology yang harus kalian tau. Simak artikel ini hingga selesai!

Definisi dan Konsep Software Development Methodology

Software development methodology merujuk pada pre-defined atau petunjuk yang digunakan sebagai panduan dalam mengembangkan sebuah software. SDLC (Software Development Lice Cycle) memungkinkan developers untuk mengakses berbagai informasi dari sebuah sistem informasi secara spesifik selama proses berlangsung.

Setiap proyek pengembangan software memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Begitupula dengan metologi pengembangan software-nya, menyesuaikan dengan kebutuhan proyek.

Beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan metode pengembangan software diantaranya:

  • Tujuan
  • Struktur tim
  • Kebutuhan
  • dan lain sebagainya.

Keberadaan metodole ini ditujukan untuk mengatur workflow dan manajemen proyek. Meskipun sedikit berhubungan dengan hal-hal teknikal, metode menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan proyek pengembangan software.

Jenis-Jenis Software Development Methodologies

Setelah mengenai definisi dari software development methodology, berikut kami sajikan beberapa jenisnya yang harus kalian ketahui!

1. Agile

Agile merupakan jenis pengembangan software yang cukup dikenal secara luas. Hal ini seringkali digunakan sebagai pewadahan metodologi-metodologi yang sifatnya agile secara alamiah, atau istilahnya sat set.

Metodologi pengembangan software yang agile umumnya memiliki kekuatan yang terdiri dari proses iterasi, kolaborasi, dan efisiensi kerja. Hal ini berbeda dengan metodologi tradisional yang cenderung kaku.

Dalam agile methodology, dikenal beberapa prinsip yang diantaranya:

  • Pembagian proyek menjadi langkah-langkah kecil
  • Pengembangan yang progresif secara bertahap, tidak langsung menyelesaikan secara keseluruhan secara langsung.
  • Pengembangan bagian-bagian proyek dilakukan dalam waktu yang singkat.
  • Mengedepankan proses interaksi yang konstan dan berkelanjutan dengan klien selama proses pengembangan

2. Waterfall

Waterfall methodology merupakan metodologi tradisional dalam pengembangan software. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, bahkan metodologi tradisional cenderung bersifat kaku. Oleh karenanya, metodologi ini sudah mulai jarang untuk digunakan .

Meski begitu, metode waterfall masih sering digunakan bukan dalam ranah product development, tetapi project management. Di awal proyek, manajer proyek mengumpulkan berbagai informasi yang dibutuhkan untuk membuat action plan. Setelah itu, rencana direalisasikan step by step dengan menyelesaikan satu task yang kemudian berpindah ke task lainnya.

Pendekatan ini cenderung rigid atau kaku, tidak memberikan ruang untuk penyesuaian dan iterasi. Dalam metode ini, ada enam langkah yang harus dilakukan, yaitu:

  1. Requirements: Ini merupakan tahap konseptualisasi dimana developers menentukan hal-hal mendasar dalam proyek yang dikembangkan. Misalnya tujuan proyek.
  2. System design: Dalam tahap ini, developer menjabarkan arsitektur software serta hal-hal lainnya terkait desain sistem dari produk yang dikembangkan.
  3. Implementation: Developers mengembangkan software secara terpisah dan menguji fungsionalitasnya secara terisolir.
  4. Integration and testing: Bagian-bagian yang dikembangkan secara terpisah sebelumnya digabungkan untuk dites secara integragratif.
  5. Deplyomnet: Software sudah dapat diluncurkan ke pasar ataupun digunakan oleh klien.
  6. Maintenance: Developers mencoba untuk memperbaiki berbagai masalah yang diketahui saat digunakan secara “nyata”. Dalam artian digunakan oleh klien ataupun massa.

3. DevOps

DevOps merupakan kombinasi dari Dev (software development) dan Ops (information technology operations). Secara bersamaan, membentuk sebuah desain sistem yang dapat meningkatkan komunikasi dan kolaborasi antar divisi dalam sebuah proyek.

Hal tersebut merupakan loop komunikasi antara developer produk dan tim Ops (IT operation). Seperti proses agile lainnya, metodologi ini bertumpu pada kontinuitas feedback yang didapatkan untuk meningkatkan efisiensi kerja, kepuasaan customer, dan minimalisir resiko.

4. Spiral

Spiral methodology membagi tahap pengembangan menjadi empat fase. Developer secara berkelanjutan melewati fase-fase tersebut. Setelah selesai, mereka melakukan iterasi pengembangan selanjutnya dengan tujuan memoles produk pada setiap iterasi. Empat fase dalam metodologi ini antara lain:

  1. Planning: Developer menetapkan objektif yang harus dicapai dalam sebuah tahap pengembangan.
  2. Risk analysis: Developer memprediksi resiko dan mencoba untuk menghadirkan solusi dari resiko-resiko tersebut.
  3. Engineering: Developer mendesain dan mengembangkan produk berdasarkan hasil perencaan fase-fase sebelumnya.
  4. Evaluation: Developer mengevaluasi status proyek dan membuat rencana untuk iterasi selanjutnya.

5. Rapid Application Development

Rapid Application Development (RAD) atau yang sering juga disebut dengan Rapid Application Building (RAB) merupakan bagian dari agile methodology yang bertujuan untuk menghasilkan produk dengan kualitas terbaik. Namun, dengan low-cost investment.

Prioritas dalam proses pengembangannya terletak pada prototyping dan iterasi yang sering dilakukan. Fase-fase dalam RAD diantaranya:

  1. Requirements planning: Developer menentukan persyaratan dan spesifikasi dari proyek yang akan dilaksanakan.
  2. User design: Developer dan klien bekerjasama dalam proses iterasi melalui prototype yang dibuat. Mereka melakuka tes dan diskusi mengenai keberhasilannya. Proses ini dilakukan secara sirkular hingga menemukan titik yang pas.
  3. Construction: Berdasarkan prototipe yang pas tersebut, developer membuat software versi final.
  4. Cutover: Dalam tahap akhir ini, hal yang dilakukan adalah persiapan untuk meluncurkan produk. Termasuk konversi data, tes produk, dan user training.

6. Dynamic Systems Development

Metodologi ini, yang biasa disebut DSDM, merupakan variasi dari RAD. DSDM menekankan kolaborasi antara klien atau pengguna untuk terlibat dalam proses iterasi. Proses pengembangannya dilakukan secara incremental atau bertahap, dimana developer pada awalnya menyajikan prototipe dalam bentuk minimum viable product.

Metodologi ini memiliki empat fase, diantaranya:

  1. Feasibility and business study: Developer menentukan persyaratan dan kebutuhan proyek.
  2. Functional model and prototype iteration: Developer memproduksi prototipe yang menunjukan sisi fungsionalitasnya, bukan hanya visual.
  3. Design and build iteration: Developer memoles prototipe hingga mencapai acceptable functional model atau model yang memiliki titik fungsionalitas pas.
  4. Implementation: Pengguna menjalani pelatihan, dan software memasuki lingkungan operasional.

7. Extreme Programming

Extreme programming atau XP adalah sebuah metodologi yang didasarkan untuk meningkatkan kualitas software dan responsivitasnya. Metodologi ini menggunakan pendekatan agile yang mendasarkan diri pada kebutuhan customer. Tujuan utamanya adalah memproduksi produk yang berkualitas tinggi.

Kualitas yang dimaksud bukan hanya terbatas pada hasil akhir, tetapi juga pengalaman bekerja, khususnya bagi developer, programmer, dan manajer. Proses iteratif metodologi ini terbagi kedalam lima fase, diantaranya:

  1. Planning: Developer dan klien mendiskusikan tujuan produk.
  2. Designing: Developer menetapkan struktur kode sebelum menuliskannya, dengan tujuan mencari simplisitas.
  3. Coding: Developer menulis kode dan mengerjakan ulang strukturnya untuk mencapai simplisitas.
  4. Testing: Developer melakukan testing fungsionalitas produk, biasanya hal ini dilakukan secara simultan atau bersama-sama saat fase coding.
  5. Listening: Developer mendapatkan feedback dari kliend dan membuat penyesuaian tergantung kebutuhan.

Kesimpulan

Software development methodology memiliki beragam jenis yang dapat digunakan. Meski begitu, umumnya metodologi yang berkembang dan banyak digunakan saat ini adalah yang sifatnya fleksibel; iteratif. Hal tersebut dilakukan untuk menyesuaikan kebutuhan pengguna saat ini yang sangat dinamis.

Ada info menarik juga buat kalian, bahwa Alan Creative menerapkan agile methodology dalam mengerjakan proyek. Oleh karenanya, berbagai macam aplikasi hingga web yang dikembangkan dapat diselesaikan secara cepat dan sesuai dengan keinginan kalian. Kalau kalian butuh jasa layanan pembuatan aplikasi hingga web, tunggu apalagi? Hubungi kami sekarang juga!

Sebarkan konten ini jika bermanfaat:

Facebook
Twitter
Pinterest
LinkedIn

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

PORTOFOLIO KAMI:

PRODUK ALAN:

Media Sosial kami:

ARTIKEL POPULER!

Dapatkan info terbaru!

Dapatkan artikel & info terbaru!

Tidak ada spam, hanya artikel dan info terbaru!

KATEGORI ARTIKEL

Banyak artikel lain disini!

Baca artikel lainnya...

id_IDID

Konsultasi aja dulu. Gratis!

Hubungi kami untuk mendapatkan proposal penawaran jika project brief/requirement (dokumen proyek) sudah ada dan lengkap.
Konsultasi yuk ->
Butuh konsultasi?
Hai,

Alan Creative disini, kami berharap anda tersenyum dan bahagia hari ini. Ada yang dapat kami bantu? Jika iya, jangan sungkan menghubungi kami.

Salam hangat,
Alan Creative