Halo, Alan Lovers! Kalau kamu suka main Twitter, pasti belakangan ini gak asing sama yang namanya affiliate marketing.
*foto contoh-contoh tweet
Merebaknya fenomena affiliate marketing tak lepas dari peluang mendapatkan uang dengan mudah. Cukup memasarkan produk dan menyertakan link afiliasinya, ketika ada yang membeli produk melalui link tersebut, maka cuan mengalir ke dalam kantongnya.
Aktivitas tersebut dikompensasi dengan cuan yang cukup menjanjikan. Bisa dikatakan sebagai passive income. Satu postingan yang kita buat bisa menjadi pundi-pundi rupiah hingga beberapa waktu ke depan, selama postingan tersebut masih relevan.
Namun, fenomena ini pun menimbulkan pro dan kontra, khususnya bagi pengguna Twitter. Hingga tulisan ini dibuat, 8 Maret 2023, tweet dengan kata kunci “Affiliate Nyampah” masih banyak yang fresh from the oven. Hal ini dapat dilihat dalam gambar di bawah ini.
*foto contoh-contoh tweet
Hal ini tentu menunjukan bagaimana pengguna twitter merasa terganggu dengan adanya fenomena ini. Meskipun di satu sisi dapat meningkatkan tingkat pendapatan seseorang, tetapi di sisi lain memunculkan diskursus mengenai etika bisnis.
Oleh karena itu, dalam artikel ini kami akan mengkaji fenomena affiliate marketing “nyampah” dalam perspektif etika bisnis.