Halo, Alan Lovers! Kecanggihan teknologi banyak memberikan efek positif terhadap seluruh kegiatan manusia. Dengan teknologi, seluruh kegiatan manusia dapat dilakukan dengan cepat dan mudah.
Terlebih lagi, teknologi AI (Artificial Intelligence) belakangan ini sedang populer digunakan. Pasalnya, dengan hadirnya AI dapat membuat aktivitas manusia seperti menganalisis data, membuat ilustrasi, hingga memproses video menjadi lebih efektif dan efisien.
Akan tetapi, kecanggihan yang dibawa oleh teknologi AI juga bisa memberikan ancaman terhadap penggunanya. Salah satu di antaranya adalah deepfake.
Lantas, apa itu deepfake? Bagaimana cara kerjanya? Anda bisa menemukan jawabannya melalui artikel ini.
Baca Juga: Apa Itu Payment Gateway? Teknologi Pembayaran Tanpa Ribet!
Apa itu Deepfake?
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari berbagai macam sumber, deepfake merupakan salah satu pemanfaatan teknologi AI (Artificial Intelligence) untuk membuat sebuah gambar, video, dan suara palsu hingga mirip dengan yang aslinya.
Secara singkat, deepfake bekerja dengan menggabungkan deep learning dan AI sehingga tercipta algoritma pembelajaran mesin. Dalam prosesnya, deep learning dan AI akan menggabungkan suara dan gambar palsu sehingga menghasilkan sesuatu yang baru.
Kecanggihan ini tentu harus digunakan dengan bijak. Pasalnya, ada saja yang menggunakan kecanggihan ini untuk cybercrime sperti scamming, identitiy theft, fincancial fraud, hingga revenge porn.
Bagaimanaca Cara Kerja Deepfake?
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, deepfake bekerja dengan cara mengkompilasi video, gambar, dan suara palsu hingga tercipta sesuatu yang belum atau tidak pernah terjadi. Berikut adalah cara kerja deepfake secara singkat:
Menggunakan Encoder
Cara kerja deepfake yang pertama adalah menggunakan encoder. Biasanya, algoritma ini digunakan untuk mengganti wajah seseorang (face-replacement) atau menukarnya (face-swapping).
Lebih lanjut, encoder akan menganalisis pola wajah dari target dan akan menggantikan atau menukar dengan wajah yang lain.
Autocoder
Selanjutnya, deepfake juga menggunakan autoencoder. Teknologi ini bertugas untuk melakukan kompresi dan dekompresi encoder klasik. Hal tersebut yang membantu para oknum untuk melancarkan aksinya dalam melakukan cybercrime.
Akan tetapi, dibutuhkan dua autoencoder sekaligus agar deepfake dapat bekerja secara maksimal dalam men-transfer gambar dari gambar sat uke gambar yang lainnya.
Menggunakan GAN (Generative Adversial Network)
Cara kerja yang terakhir dari deepfake adalah menggunakan GAN (Generative Adversial Network). Teknologi ini merupakan salah satu framework machine learning yang memungkinkan untuk mengenali suatu pola logaritma secara mandiri. Dengan begitu, GAN dapat secara otomatis membuat gambar palsu.
Gelap Terang Deepfake
Berdasarkan dari uraian di atas, deepfake bisa memiliki sisi positif dan juga negatif. Jika dilihat dari sisi positifnya, deepfake bisa digunakan sebagai sarana hiburan semata. Contohnya, video yang berisi tentang Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi yang sedang bercengkrama membahas seputar bola di warung kopi.
Dengan adanya teknologi deepfake yang mampu menukar wajah dan membuat suara palsu, video tersebut nampak seperti nyata. Padahal, hal tersebut tidak benar-benar terjadi.
Jika dilihat dari sisi negatif, kecanggihan ini juga bisa dibuat untuk cybercrime seperti salah satunya adalah penyebaran hoaks. Belakangan ini pada Maret 2023, sekumpulan siswa SMA di New York, Amerika Serikat, membuat konten hoaks dengan konsep deepfake.
Lebih lanjut, mereka membuat sebuah video deepfake yang menunjukan kepala sekolah sedang mengancam dan bersikap rasis terhadap siswa yang memiliki kulit hitam.
Nah, Alan Lovers sudah tahu kan apa itu deepfake dan bagaimana cara kerja serta dampaknya? Ingin tahu hal menarik lainnya terkait teknologi? Klik Link Ini, ya!