Ransomware menjadi salah satu ancaman serius dalam dunia digital saat ini. Meskipun Bank BSI baru-baru ini menjadi korban serangan ransomware yang menghebohkan, nyatanya mereka bukan satu-satunya instansi yang pernah mengalami serangan semacam ini. Di berbagai negara, banyak instansi pemerintah maupun swasta yang telah menjadi sasaran ransomware, mengakibatkan kerugian finansial dan reputasi yang signifikan. Dalam artikel ini, kita akan menyoroti beberapa instansi lain yang pernah mengalami serangan ransomware dan mempelajari dampak yang ditimbulkannya.
Bank Indonesia
Pada bulan Januari 2022, akun Dark Tracer melaporkan bahwa Bank Indonesia menjadi salah satu korban serangan ransomware yang disebut Conti. Juru Bicara BSSN, Anton Setiawan, dalam wawancara dengan CNBC Indonesia. Ia menyatakan bahwa ada 16 komputer yang terkena dampak dari serangan ini.
Selain itu, data-data pribadi di komputer kantor juga diretas. Menurut Anton, data tersebut berasal dari BI Bengkulu dan tidak ada data yang terkait dengan sistem kritis.
Kemudian, Dark Tracer mengkonfirmasi lagi bahwa Conti telah mengunggah kembali data internal Bank Indonesia. Jumlah data tersebut meningkat dari 44 GB menjadi 487 MB, dan jumlah komputer yang terdampak bertambah dari 16 menjadi 175 komputer.
Ditjen Pajak
Pada bulan yang sama, sistem Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) juga mengalami serangan ransomware. Neilmaldrin Noor, Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat DJP. Ia menjelaskan bahwa ada wajib pajak yang mengakses situs DJP tetapi telah terinfeksi malware sebelumnya.
Namun, DJP memastikan bahwa sistem mereka aman dan masyarakat tidak perlu khawatir. “Sedangkan untuk sistem DJP sudah dimitigasi dengan memasang perangkat keamanan,” ungkapnya.
Baca Juga: Apa Itu Ransomware Dan Bagaimana Cara Kerjanya?
Air Asia
Air Asia, maskapai penerbangan terkenal, juga menjadi korban serangan ransomware. Data pribadi 5 juta penumpang dan semua karyawan AirAsia dilaporkan telah diakses oleh kelompok peretas bernama Tim Daixin.
Kelompok tersebut mengklaim tanggung jawab atas serangan ransomware yang diduga terjadi pada maskapai asal Malaysia tersebut pada tanggal 11 dan 12 November 2022.
Menurut laporan dari DataBreaches.com, para peretas memberikan dua file .csv kepada mereka yang berisi contoh informasi sensitif milik penumpang dan staf maskapai, yang juga diklaim oleh Tim Daixin telah diberikan kepada AirAsia.
Kesimpulan
Serangan ransomware bukanlah hal yang terbatas pada satu instansi saja, seperti yang baru-baru ini terjadi pada Bank BSI. Berbagai instansi lainnya juga telah mengalami serangan serupa, menyoroti pentingnya perlindungan dan kewaspadaan terhadap ancaman tersebut. Peningkatan investasi dalam keamanan siber, pelatihan karyawan, dan peningkatan kesadaran akan resiko ransomware adalah langkah yang harus diambil oleh semua instansi untuk melindungi diri dari serangan ransomware. Melalui kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, dan ahli keamanan siber, upaya dapat dilakukan untuk mengidentifikasi celah keamanan, memperkuat sistem pertahanan, dan mengembangkan strategi pemulihan yang efektif.
Membuat website yang tepat untuk bisnis tidak bisa dilakukan sembarangan, kamu mungkin perlu menggunakan jasa pembuatan website agar dapat hasil optimal. Kunjungi Alan Creative sekarang juga, dapatkan informasi terbaik untuk membangun website bisnis kamu disini.