Halo, Alan Lovers! Kalau ngomongin soal jualan, pasti kamu pernah denger istilah hard selling dan soft selling. Dua-duanya sama-sama teknik untuk menjual, tapi cara pendekatannya beda banget. Hard selling itu kayak langsung nembak, “Ayo beli sekarang, diskon cuma hari ini!” Sedangkan soft selling lebih halus, lebih persuasif, dan biasanya nggak bikin orang merasa dipaksa.
Nah, masalahnya, banyak brand yang masih kebablasan pakai hard selling terus-terusan. Akhirnya, audiens malah kabur karena ngerasa di-spam. Padahal, kalau bisa dikemas dengan tepat, hard selling tetap bisa berubah jadi soft selling yang lebih ramah buat konsumen.
Kenapa Hard Selling Sering Dianggap Nggak Enak?

Bayangin lagi scroll Instagram, tiba-tiba muncul iklan yang isinya teriak-teriak soal harga murah, diskon gede, atau “beli sekarang juga!”. Mungkin sekali dua kali masih oke, tapi kalau terus-menerus, rasanya capek juga kan?
Orang zaman sekarang udah makin pinter. Mereka nggak mau sekadar jadi target iklan, tapi pengin dapat value lebih dulu sebelum memutuskan beli. Di sinilah soft selling jadi senjata penting.
Trik Biar Hard Selling Terasa Soft
1. Cerita Dulu, Jualan Belakangan
Daripada langsung kasih promo, coba kemas dalam bentuk cerita. Misalnya, kamu jual skincare, jangan langsung bilang “diskon 50%”. Coba ceritain dulu pengalaman orang yang kulitnya membaik setelah rutin pakai produkmu. Orang lebih gampang terhubung dengan cerita dibanding angka.
2. Tawarkan Edukasi
Soft selling sering dikemas dalam bentuk tips atau informasi bermanfaat. Misalnya, kamu jual kopi, bikin konten tentang cara nyeduh kopi biar lebih nikmat. Di ujung konten, kamu bisa selipin produkmu sebagai pilihan rekomendasi. Jadi, konsumen merasa terbantu dulu sebelum diajak beli.
3. Gunakan Bahasa Persuasif, Bukan Memaksa
Hard selling sering terkesan nyuruh atau maksa. Padahal, kamu bisa ganti dengan bahasa yang lebih persuasif. Contohnya, daripada bilang “Beli sekarang juga!”, coba ubah jadi “Cobain sendiri rasanya, siapa tahu cocok sama kamu.” Lebih halus kan?
4. Bangun Hubungan, Bukan Sekadar Transaksi
Konsumen sekarang pengin merasa dihargai. Jadi, coba posisikan brand mu bukan cuma penjual, tapi juga teman. Respon komentar mereka, bikin interaksi yang hangat, dan jadikan media sosial bukan cuma tempat jualan tapi juga ruang ngobrol.
5. Mainkan Visual dan Storytelling
Konten dengan visual menarik plus storytelling yang nyambung jauh lebih enak dikonsumsi dibanding iklan polos yang penuh angka. Misalnya, brand fashion sering pakai gaya hidup tertentu buat nunjukkin produknya, bukan sekadar pasang foto baju dengan tulisan diskon besar.
Kuncinya bukan menghindari hard selling, tapi mengemasnya jadi lebih soft. Cerita, edukasi, bahasa persuasif, interaksi hangat, dan storytelling adalah senjata buat bikin iklan kamu lebih diterima audiens.
Ingat, orang nggak suka dipaksa beli, tapi mereka suka kalau dibantu menemukan solusi. Kalau kamu bisa mengubah hard selling jadi soft selling, bukan cuma penjualan yang naik, tapi brand kamu juga bakal lebih disukai.
Buat kamu yang lagi nyari jasa pembuatan iklan, aplikasi, website, tapi takut banget enggak trusted. Kamu bisa banget tengok Alan Creative, di sana terdapat banyak sekali layanan yang bisa banget kamu coba. Dimulai dari layanan pembuatan aplikasi, website, iklan, hingga strategi marketing. Lengkap, komplit, dan pastinya berkualitas. Yuk, tunggu apalagi?! Hubungi Alan Creative sekarang juga.
Baca juga: Tanpa Maksa! Trik Soft Selling yang Cocok untuk Kuliner